SRAGEN - Angka kematian ibu hamil di Jateng dinilai masih sangat tinggi yakni mencapai 625 orang ibu/tahun. Sementara angka kematian bayi mencapai 9,33 /100 ribu kelahiran hidup.
Salah satu penyebabnya paling beresiko yang menyebabkan kematian menurut DKK Jateng akibat preeklamsi atau darah tinggi. Penderita preeklamsia memiliki resiko tinggi berkaitan dengan penyakit jantung dan penyakit yang menyertai lainya.
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Anung Sugihantono mengungkapkan, resiko kematian ibu dan bayi di Jawa Tengah masih masih tinggi. Karena itu bersama unsur masyarakat keseluruhan, pemerintah di masing-masing wilayah harus serius meningkatkan pelayanan dan pencegahan resiko kematian ibu dan bayi.
Di katakan Anung, angka kematian ibu hamil sepanjang tahun 2012 mencapai 625 ibu hamil. Selain dipengaruhi faktor usia pernikahan dan tingkat seringnya kehamilan, salah satu penyebab kematian ibu dan bayi terjadi akibat pendarahan dan penyakit lain yang menyertainya. Mengantisipasi hal itu, upaya sosialisasi dan pembekalan terhadap ibu hamil menjadi perhatian utama untuk mencegah resiko kematian.
“Memang ada banyak faktor penyebabnya (kematian), tetapi preeklamasi dan penyakit yang menyertai masih menjadi faktor utama,” ujarnya di sela-sela kegiatan sosialisasi penguatan perencaan program persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) di Sragen(7/2).
Kepala BKKBN Jawa Tengah, Sri Wahono menambahkan, untuk menekan angka kematian ibu dan bayi serta ledakan jumlah penduduk, diperlukan adanya sinergisitas diantara seluruh elemen masyarakat. Sebab tugas tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab BKKBN.
Diakuinya selama ini jumlah petugas penyuluh KB di masing-masing daerah mamang masih sangat terbatas. Sebab satu orang petugas penyuluh yang idealnya mengawasi dua desa, di beberapa wilayah di Jateng justru memiliki tugas yang lebih berat.
“Satu petugas lapangan bisa mendapat tugas pengawasan di empat sampai enam desa akibat minimnya jumlah petugas penyuluh lapangan,” imbuhnya.
Sementara itu, Plt Sekda Sragen Sri Handayani mengungkapkan angka kematian ibu di Sragen mencapai 121/ 100 ribu ibu hamil. Sementara angka kematian bayi mencapai 9,33 /100 ribu kelahiran hidup. Guna menekan hal itu, Pemkab berupaya keras untuk memaksimalkan kinerja petugas lapanganserta kader kesehatan di tingkat Posyandu, terrmasuk bidan desa dan seluruh masyarakat.
“Selain menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah, sudah seharusnya menjadi perhatian bersama upaya mengurangi kematian ibu hamil maupun bayi,” tambahnya.(Ara)