SUKOHARJO – Ratusan petani dan warga empat desa di Kecamatan Mojolaban dan Polokarto berunjuk rasa, Minggu (17/2). Mereka menutup saluran air secara permanen di dukuh Sentul, Bekonang sebagai bentuk protes pembuangan limbah ciu disaluran irigasi pertanian. Akibatnya produktifitas padi menurun.
Koordinator aksi Mulyadi mengatakan, penutupan saluran dengan pengecoran merupakan bentuk kekesalan warga dan petani. Sebelumnya, aksi protes juga dilakukan tahun lalu. Tapi tidak ditindaklanjuti. Pemerintah kabupaten dinilai tidak peka dengan tidak mengambil tindakan meski ulah para perajin melanggar hukum. ”Dulu pernah ada kesepakatan perajin yang membuang limbah ke saluran irigasi akan dikenai denda Rp 7 juta. Tetapi ternyata tidak ditepati dan tidak ada tindakan dari pihak kabupaten,” ungkap Mulyadi.
Aksi warga ini juga mendapat dukungan dari Kepala Desa Bekonang Joko Tanyono. Sebenarnya pemkab telah membangun instalasi pengolahan air limbah atau Ipal ciu. Hanya, fasilitas pengolahan limbah senilai lebih dari Rp 600 juta ini baru selesai 75 persen. ”Kami terpaksa menutup dua titik saluran irigasi untuk mengatasi meluasnya tingkat pencemaran sawah. selain merusak sawah, bau limbah ciu juga sangat mengganggu,” kata Joko.
Hermanto, salah satu petani asal desa Bekonang mengungkapkan, limbah ciu telah mencemari 600 hektar lahan padi di Mojolaban dan Polokarto. Lahan pertanian tersebut terdapat di empat desa yakni Bekonang, Tegalmade, Karangwuni dan Pranan. Dampaknya, kadar kesuburan tanah dilahan yang tercemari terus turun. “Dua tahun lalu sampai terjadi gagal panen karena hama yang diperparah dengan pencemaran. Matinya belut dan cacing akibat limbah juga tidak bisa membantu mengembelikan kesuburan tanah pertanian,” ujarnya. (deni)
Berita Terkait:
Saluran Irigasi Kayu Apak Mendesak Diperbaiki
Gagal Panen, Petani Tak Kuat Bayar PBB
Hama Busuk Leher Menyerang, Hasil Panen Anjlok