Perajin Tahu Mencoba Bertahan
SRAGEN – Perajin tahu di Teguhan, Kecamatan Sragen Kota, berusaha bertahan di tengah tingginya harga kedelai import. Mereka berharap, pemerintah mengambil kebijakan agar komoditas kacang kacangan tersebut turun harga.
“Kalau melonjak lagi, pasti kami kolaps,” kata Rusdiyanto, 38, perajin tahu di Teguhan.
Imbasnya, puluhan bahkan seratusan warga kehilangan sumber penghidupan. Di Teguhan, hampir 90 persen warganya menjadi pembuat tahu dan tempe. Mereka mewarisi usaha tersebut turun temurun.
Sejak harga kedelai melonjak dari harga awal sekitar Rp 4.000 per kilogram, perajin berusaha tetap berproduksi. Hanya, jumlahnya dikurangi. Pasalnya, mereka tidak berani menaikkan harga di pasaran. Sebagai gantinya, ukuran tahu dan tempe yang dibuat diperkecil. “Setiap hari, kami bisa memproduksi 2,5 kuintal tahu,” terangnya.
Rusdiyanto berharap, pemerintah dapat mengambil kebijakan baru. Meski telah menetapkan harga kedelai di kisaran Rp 7.000 per kilogram, harga iti dirasa masih memberatkan. Bukan hanya warga yang terancam mata pencahariaannya, ternak yang selama ini menggantungkan limbah tahu juga bakal kehilangan asupan gizi. “Kami menggunakan limbah tahu untuk menggemukkan sapi dan babi. Kalau tidak ada lagi usaha tahu, peternak juga merugi,” ujar Rusdiyanto. (Whn)
Tweet
Share