You Are Here: Home » Sragen » Kesulitan Modal, Perajin Anyaman Bambu Limbung

Kesulitan Modal, Perajin Anyaman Bambu Limbung

Harno tetap setia menghasilkan peralatan rumah tangga dari anyaman bambu. Foto: Whn

SRAGENAngka Kematian Ibu Hamil Capai 625 Jiwa. Read more … » – Kejayaan Dusun Girimulyo, DesaPraja Bagikan Paket Sembako Untuk 280 RTM. Read more … » Katelan, Kecamatan Tangen sebagai kampung kerajinanKayu Batik Klasik Bayat Tawarkan Estetika Tradisional. Read more … » anyaman bambu mulai redup. Tidak adanya suntikan modal dan persaingan dengan peralatan berbahan plastik menjadi masalah utama.

Padahal, aneka kerajinan tangan dari anyaman bambu dihasilkan warga. Mulai tenggok, tampah, kipas, kukusan, tumbu, ikrak maupun tompo. Harno, 53, merupakan salah satu perajin yang masih bertahan. Dibantu istrinya, Suwanti, pria yang telah 15 tahun menggeluti kerajinan anyaman bambu itu mengembangkan usahanya.
Setiap hari, Harno membuat 5-10 tampah. Dengan harga jual Rp 6,5 ribu per tampah. Sementara tumbu dan ikrak yang menjadi pelengkap dijual Rp 13.500 dan 6.000 per buah. ”Untuk menjualnya, saya langsung bawa ke pasar hari tertentu seperti pasaran legi dan pon, dibawa ke pasar Janglot, Tangen,” kata Harno.
Sebenarnya, perajin anyaman diAngka Kematian Ibu Hamil Capai 625 Jiwa. Read more … » desa tersebut cukup banyak. Namun, satu per satu gulung tikar. Modal usaha menjadi kendala. Harno mengatakan, pedagang. Read more … » sulit mendapat pinjaman di bank lantaran tidak memiliki agunan. ”Sehingga saat ini di dusun kami, tinggal dua warga yang masih tetap menekuni sebagai perajin anyaman bambu,” ujar Harno.
Selain modal, persaingan dengan produk berbahan plastik juga menjadi masalah. Melihat kondisi itu, sebenarnya Harno berharap adanya pola orang tua asuh yang mau membimbing dan membina para perajin. Baik dari segi permodalan atau pemasaran. Dengan demikian, angka pengangguran di dusunnya dapat berkurang. ”Kalau tidak ada suntikan dana, jelas kerajinan anyaman bambu akan hilang. Karena saat ini saja sudah mulai langka,”papar Harno.
Saat ini, untuk menghidupi rumah tangga, warga memilih beralih profesi sebagai buruh tani tebu. ”Setidaknya, kalau pemerintah memberi modal  pasti akan lebih banyak memproduksi kerajinan dari bambu. Kalau tidak, peralatan dari bambu akan tergusur alat berbahan plastik,” timpal Suwanti. (Whn)

var m3_u=(location.protocol=='https:'?'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php':'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php');var m3_r=Math.floor(Math.random()*99999999999);if(!document.MAX_used)document.MAX_used=',';document.write("");/*]]>*/

Tweet
Share

About The Author

Number of Entries : 1862

Leave a Comment

© 2013 Powered By Lumbung Desa

Anda mungkin juga menyukaiclose