Karya Wayang Sampai Manca, Pemkab Tutup Mata
SRAGENPembobol ATM Ditangkap. Read more … » – DiAngka Kematian Ibu Hamil Capai 625 Jiwa. Read more … » Dusun Kebonromo RT 8 Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, seorang pelukis sekaligus perajin sungging wayang kulit berkarya. Keberadaan dan namanya di wilayah Sragen sendiri seakan belum pernah terdengar. Namun, bagi pecinta wayang di mancanegara, nama Menthong, 49, begitu populer. Sayang, minimnya perhatian Pemkab Sragen membuat pengembangan usaha Menthong yang membanggakan ini terkendala.
Menthong berkisah, usahanya menggeluti dunia seni wayang dimulai tahun 1982. Saat itu, pria kelahiran Klaten ini dikontrak untuk membuat wayang kulit pesanan dalang kondang asal Gondang, Sragen, Ki Darman. “Mendapatkan pesanan itu, saya langsung mengerjakannya. Pewarnaan wayang dengan dicat dan diwarnai dengan prodo emas serta brom,” tutur Menthong.
Setelah mendapat pesanan itu Menthong yang masih berusia 16 tahun itu memutuskan tinggal dan menetap di Sragen. Pesanan membuat wayang kulit pun terus membanjirinya. Termasuk pesanan dari dalang wanita Nyi Harni Subowati. Sejumlah dalang kondang seperti Ki Anom Suroto, Ki Enthus, Ki Manteb Sudarsono, Ki Mujoko dan Ki Sayoko juga ikut menggunakan wayang karya Menthong.
Dalam waktu singkat, hasil karya Menthong tersiar hingga pelosok negeri. Berbekal penghargaan dari dalang kondang di tanah air, tahun 1987 Menthong memberanikan diri memamerkan hasil karyanya ke luar negeri. Tidak disangka, pecinta wayang mancanegara menyukai hasil karyanya. Karyanya pun sampai ke Jepang, Australia, Kanada, Amerika dan beberapa negara di belahan bumi lainnya.
Sejumlah pameran dalam negeri seperti di Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan Sarina Jakarta, Malang Tempo Dulu, Jakarta Internasional School dan pameran yang digelar di beberapa daerah ikut diramaikannya.
Sayang, keberhasilannya memperoleh penghargaan dunia tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan hidupnya. Jebolan kelas 5 SD Negeri Gumampir 1 Kecamatan Karangnongko, Klaten ini pun terbilang memprihatinkan. Bersama istrinya, Eny Kusmartin, serta dua anaknya, Menthong hidup di rumah kontrakan di Kebonromo.
Pria yang telah menjadi warga Sragen ini berharap mendapat perhatian dari pemkab setempat. Kucuran modal sangat diharapkan untuk mengembangkan usahanya. Untuk mengajukan kredit modal ke bank, Menthong terkendala jaminan. “Tidak ada yang bisa saya jaminkan di bank. Itu sebabnya saya berharap bantuan modal dari Pemkab Sragen,” harapnya.
Dengan modal itu, dia bercita cita membangun “Sungging Center” untuk menampung berbagai kerajinanKayu Batik Klasik Bayat Tawarkan Estetika Tradisional. Read more … ». Tempat ini ditujukan untuk mendorong dan mendidik generasi muda melestarikan kerajinan wayang kulit yang juga bisa menghidupi mereka. Menurutnya, untuk membuat seperangkat wayang bagus dibutuhkan biaya Rp 1 juta – Rp 2 juta. Biaya paling mahal dikeluarkan untuk membeli tinta prodo emas. “Karena tidak ada modal, wayang yang saya buat berdasarkan pesanan. Hasilnya pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Kalau mau membuat banyak, modal itu tadi yang menjadi kendalanya,” ujar Menthong. (Ara)
var m3_u=(location.protocol=='https:'?'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php':'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php');var m3_r=Math.floor(Math.random()*99999999999);if(!document.MAX_used)document.MAX_used=',';document.write("