You Are Here: Home » Galeri Desa » Panen Raya Desa Di Ruwat

Panen Raya Desa Di Ruwat

KARANGANYAR – Warga Dusun Manggung, Desa Cangakan, Kecamatan Karanganyar kota, Karanganyar, nampaknya masih melestarikan budaya tradisional nenek moyang mereka yang disebut rasulan rutin setiap tahun. Warga desa setempat, berduyun-duyun pergi ke sebuah makam yang dinilai sebagai pundhen cikal bakal desa Cangakan untuk ritual kenduri bersih desa. Ratusan warga dengan membawa sedekah bumi yang ditaruh dalam dua keranjang teranyam dari janur kuning, yang dinamakan panjang ilang. Panjang ilang itu, berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya serta berbagai makanan kecil khas desa yang disebut jajan pasar melakukan kenduri besar. Sumanto mengungkapkan, setiap tahun menjelang puasa memang dilakukan ruwatan atau bersih desa. Dilaksanakan setiap Jumat Pon dan Sabtu Wage, penanggalan jawa.
”Ritual dilakukan setiap usai panen, bila tak dilakukan desa akan terkena pagebluk atau petaka. Pernah suatu ketika pada 1980-an, karena tidak punya uang, masyarakat terpaksa menghentikan ritual. Tapi apa yang terjadi, masyarakat mendapatkan petaka. Percaya atau tidak, dua anak meninggal sekaligus tanpa sebab, dalam waktu yang berdekatan.
Sejak itulah, masyarakat tidak pernah menghentikan ritual, meski sekarang biaya yang diperlukan cukup besar,” kata Sumanto salah warga setempat.  Salah satu tokoh masyarakat setempat, Jumadi (65) mengaku mengikuti ritual tersebut dilakukan sejak dirinya masih kecil. Kebetulan, kendati berada di perkotaan, warga Manggung, yang sebagian besar petani. Sehingga usai panen, diadakan ruwatan atau rasulan. sedangkan proses ruwatan itu dilakukan sehari penuh, dan warga sendiri rela tidak bekerja selama prosesi bersih desa.
“Karena setelah mengikuti ritual bersih-bersih desa pada pagi hari, siangnya mereka menyaksikan pergelaran wayang kulit yang ditanggap dengan lakon Sri Mulih hingga esok harinya,” tuturJumadi .
Pergelaran wayang itu, dilanjutkan malam dengan lakon berbeda. Menurut Jumadi, ritual bersih-bersih desa atau yang disebut nyadran itu dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Kang Murbeng Dumadi atas segala rahmat dan karunia yang mereka peroleh selama ini.
Kenapa dilakukan di kuburan? Sebab masyarakat meyakini, nenek moyang mereka yang telah meninggal masih menyertai kehidupan mereka sehari-hari.
Ritual juga dimaksudkan sebagai sarana untuk pertaubatan dan membersihkan diri dari dosa-dosa dan kesalahan dalam kurun waktu setahun. Pembersihan diri itu, dilambangankan dengan keranjang yang mereka namakan panjang ilang, yang memiliki makna filosofis menghilangkan kesalahan atau dosa selama waktu setahun.
”Dahulu, ritual atau upacara adat sedekah bumi dan bersih-bersih desa dimaksudkan untuk membangun kayangan di alam nyata atau di bumi ini. Anda pasti mengetahui maksud membangun kayangan; yaitu menciptakan suasana pedesaan yang makmur gemah ripah loh jinawi. Hidup tenteram dan aman berdampingan, rukun tanpa ada rasa saling curiga maupun sirik terhadap sesama, layaknya hidup di kayangan,” paparnya.
Ritual yang dilakukan masyarakat Manggung, diyakini punya nilai mitos dan magis, sehingga masyarakat tidak berani berhenti dan melewatkannya. Bahkan, ritual itu pernah dilaksankan dua kali dalam setahun. (ara)

var m3_u=(location.protocol=='https:'?'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php':'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php');var m3_r=Math.floor(Math.random()*99999999999);if(!document.MAX_used)document.MAX_used=',';document.write("");/*]]>*/

Tweet
Share

About The Author

Number of Entries : 1957

Leave a Comment

© 2013 Powered By Lumbung Desa

Anda mungkin juga menyukaiclose