SOLO – Masih minimnya pengetahuan pedagang makanan di sekolah tentang makanan berbahaya membuat panganan yang dijajakannya rentan dikonsumsi anak-anak. Bahkan cenderung membahayakan kesehatan para siswa.
Menurut pakar gizi Yayasan Al-Zhar, dr Aulia Idris, hampir 40% jajanan anak sekolah mengandung bahan berbahaya. Adapun ciri dari makanan berbahaya antara lain mengandung pemanis buatan, pewarna buatan, pewarna tekstil, formalin, boraks dan pengawet. “Ciri-ciri tersebut masih banyak kita temui di sekolah, saya harapkan pengelola kantin mulai selektif menerima jajanan titipan,” ungkapnya, Selasa (5/2).
Dari penelitian yang dilakukan, lanjutnya, mayoritas jajanan anak sekolah mengandung zat bahaya seperti boraks, formalin dan zat pewarna. Oleh sebab itu ia menilai harus ada upaya secara konsisten pembinaan terhadap pengelola kantin sekolah agar menjual makanan yang aman untuk siswa. Sebab, meski dampak yang dirasakan tidak berpengaruh untuk jangka pendek, namun berakibat fatal bagi anak diantaranya dapat menimbulkan reaksi akut berupa alergi, batuk, diare, kesulitan buang air besar atau bahkan keracunan. Dan yang tidak kalah bahayanya untuk jangka panjang karena dapat memicu kanker
“Anak-anak seringkali menjadi korban dari makanan atau jajanan berbahaya, karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mengenali makanan yang bersih dan sehat,” jelasnya.
Rentannya jajanan anak sekolah berbahaya bagi kesehatan anak diakui Ida Mujiono pengelola kantin SD Prawit I. Ia menuturkan selama ini cara pengelolaan kantinnya sebagian dagangan dari titipan dan sebagian lagi dengan memasak sendiri. “Rata-rata kantin jajanannya diisi dari orang yang menitipkan dagangannya, lainnya seperti nasi, mie goreng, dan nasi goreng kita buat sendiri. Jadi terkadang kita juga tidak tahu kalau ada jajanan yang mengandung bahan berbahaya.,” katanya. (Rini)