Sulap Ban Bekas jadi Barang Berkelas
KLATENMengaku Bukan PSK, Tetap Dirazia. Read more … » – DiParpol Mulai Pasang Target Perolehan Kursi. Read more … » tangan Sugiharto, 50, warga Kampung Sidowayah, Klaten Tengah, ban bekas disulap menjadi barang bernilai ekonomisMinim Sosialisasi, Warga Difabel Klaten Tak Miliki SIM D. Read more … ». Bahkan warga berbagai negara kepincut dan memesan hasil kreativitasnya.
“Selain Australia, Denmark, Prancis dan Amerika, saya kerap melayani pesanan dari Jerman dan Belanda,” terang Sugiharto.
Selain di eksport, karyanya mengolah ban bekas menjadi perabot berguna juga disukai peminat domestik. Seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya . Tak jarang pula, Sugiharto mendapat pesanan mendadak dari seorang turis yang terkesima saat melihat dia berkreasi. “Meski demikian, harga yang saya patok sama. Tidak ada bedanya,” imbuhnya.
Barang barang yang dihasilkan dari ban bekas itu antara lain, meja, kursi, pot bunga, tempat sampah, sampai ayunan. Harga yang dipatok pun diakui ramah kantong. Untuk satu set kursi teras yang terdiri dari empat kursi dan satu meja dibanderol Rp 550 ribu. Sementara satu set kursi tamu dijual dengan harga Rp 650 ribu. “Untuk ayunan biasa, paling hanya Rp 50 ribu. Dan ayunan kuda saya beri harga Rp 150 ribu,” terang pria yang memulai usaha itu sejak tahun 1986.
Suami Sri Rejeki ini mengisahkan, usaha menyulap ban bekas menjadi barang barang bernilai dan berguna itu bukan turun temurun. Berawal dari niatnya memanfaatkan ban bekas menjadi pot bunga, akhirnya ide membuat barang lain berkembang. Lama kelamaan, idenya bertambah dan di wujudkan dengan membuat berbagai barang dengan bentuk dan fungsi berbeda.
Menurut Sugiharto, ban bekas yang digunakan diperoleh dari wilayah di Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya bahan bahan itu dioilah dengan membelah, merajut, hingga memberi bahan lain sebagai proses finishing. “Jika sendiri, saya bisa menyelesaikan pesanan satu set kursi taman dalam waktu dua hari. Sementara untuk pesanan partai besar, dia mempekerjakan pegawai borongan yang bekerja di bawah pengawasannya.
Berkat ketelatenan dan ketekunannya itu, Sugiharto dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan empat anaknya. Dia pun terus berinovasi. Apalagi, citra citanya membagi ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya kepada orang lain. “Saya ingin membaginya kepada para napi di LP Klaten. Ndak usah bayar saya, cukup sediakan bahan bakunya. Saya ingin sekeluarnya dari LP mereka mandiri,” harap Sugiharto yang mengaku telah mengajukan permohonan itu namun belum dijawab. (Indra)
var m3_u=(location.protocol=='https:'?'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php':'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php');var m3_r=Math.floor(Math.random()*99999999999);if(!document.MAX_used)document.MAX_used=',';document.write("