You Are Here: Home » Galeri Desa » Modal Awal Rp 100 Ribu, Kini Omzet Capai Rp 20 Juta

Modal Awal Rp 100 Ribu, Kini Omzet Capai Rp 20 Juta

Keberadaan sampah bagi sebagian orang dianggap tidak bermanfaat. Namun Hendrati Sri Kristianingsih, 45, justru sebaliknya. Perempuan yang tinggal di perumahan Bumi Singkil Permai, Kelurahan Karanggeneng, Kecamatan Boyolali itu mampu ‘menyulap’sampah koran, plastik dan pelepah pisang menjadi kerajinan tangan yang mampu menghasil uang jutaan rupiah.

Bisnis kerajinan yang digeluti Hendrati ini bermula dari hobi. Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), tangan perempuan kelahiran 22 Pebruari 1966 itu gemar membuat sesuatu dari bahanProduksi Karet Capai 4,9 Juta Kg. Read more … » sederhana namun bermanfaat. “Pertama kali yang saya buat adalah bunga dari kulit bawang putih. Saat itu saya baru kelas V SD,” kenang Hedrati.

Mengijak remaja, hobi membuat barang dari ketrampilan tangannya terus berkembang. Bahan bahan dari kain perca kemudian dirubah menjadi pelengkap interior rumah tangga. Seperti penutup telepon, kulkas hingga bed cover. Naluri mengubah barang barang tidak berguna menjadi bermanfaat terus bergejolak di dalam diri perempuan beranak enam ini. Setelah kain perca, ia bereksperimen membuat kerajinan dari limbah koran.

Koran bekasSulap Ban Bekas jadi Barang Berkelas. Read more … » diblender dan selanjutnya dipilin menjadi barang barang pelengkap perabot rumah tangga seperti tempat tisu, kotak, dan aneka tas. Tahun 1997, perempuan yang bekerja sebagai PNS di Dinas Perindustrian, Koperasi dan UKM (Disperindagkop-UKM) Pemkab Boyolali itu mulai mengembangkan hobi itu sebagai ladang bisnis. Dengan modal Rp 100 ribu, dia membuat barang barang layak jual. Langkah itu bukan tanpa rintangan. Banyak orang mencibir dan menganggap remeh hasil produksinya. Namun, kegigihan dan semangat pantang menyerah membuat bisnisnya mulai jalan dan banyak peminatnya. “Awalnya dijual ke teman atau teman yang menjualkan. Setelah berkembang banyak yang datang ke sini,” ujarnya.

Para pembeli banyak yang sengaja datang untuk memesan agar dibuatkan kerajinan jenis tertentu. Dia juga mengembangkan jaringan bisnis dengan sejumlah rekan di berbagai daerah di Jawa Tengah untuk pemasarannya. Barang yang ditawarkan seperti boneka, topi, tas, hingga baju orang dewasa. Berkat kerja keras selama ini, omzet yang dihasilkan per bulan berkisar Rp 5 juta – Rp 20 juta. Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, dia merekrut delapan karyawan dari tetangganya. “Kalau gajinya lumayan, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,” katanya tanpa menyebutkan nominal yang dimaksud.

Keinginan mengembangkan sayap bisnis keluar daerah hingga membuat semacam show room hasil produksiProduksi Karet Capai 4,9 Juta Kg. Read more … » telah ada di dalam benaknya. Namun ia mengaku kesulitan modalKesulitan Modal, Perajin Anyaman Bambu Limbung. Read more … » karena pendidikan anak juga tidak dapat diabaikan. Empat anaknya telah menempuh jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) dan dua lainnya masih SMAWali Murid RSBI Minta Kejelasan Pembayaran SPP. Read more … ». Kesempatan mengembangkan bisnis dalam level ekspor sebenarnya pernah diperoleh. Kala itu dia didatangi pembeli asal Cina yang meminta dibuatkan hasil kerajinan satu container setiap bulannya. Namun kesempatan itu dibiarkan berlalu karena berbagai bertimbangan. “Seperti standar kualitas yang diminta. Kalau ternyata dibawah standar keinginan mereka dan kemudian dikembalikan,  tentu saya yang rugi,” bebernya. Terlebih besarnya permintaan juga sulit dipenuhi mengingat jumlah pegawainya masih terbatas.

Mengetahui ketrampilan yang dimiliki Hendrati, tahun 2007 Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas Koperasi Propinsi Jawa Tengah memintanya menularkan ilmu tersebut kepada masyarakatRaskin Dijual Lagi, Jatah Bisa Dialihkan. Read more … ». Ia diminta mengajarkan ketrampilannya kepada ibu ibu rumah tangga, narapidana hingga wanita tuna susila (WTS). “Saya berkeliling hampir di seluruh daerah di Jawa Tengah dan sampai sekarang masih sering diminta mengajar,” terangnya panjang lebar.

Masyarakat yang berminat juga dipersilahkan datang ke rumahnya jika ingin belajar ketrampilan yang digelutinya tanpa dipungut biaya sepeser pun. Istri dari Eko Agus Sunanto itu tidak takut bisnisnya akan tersaingi. Justru ia akan mendorong agar nantinya dapat menjadi rekan bisnis yang saling menguntungkan. “Kalau rezeki itu dari Tuhan. JadiSulap Ban Bekas jadi Barang Berkelas. Read more … » tidak takut tersaingi,” ucapnya.

Bisnis kerajinan dari limbah sampah yang digelutinya juga mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat. Kementrian Koperasi dan UKM, serta Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun pada tahun 2008 memberikan penghargaan atas apa yang dilakukannya selama ini. (Lukito)

var m3_u=(location.protocol=='https:'?'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php':'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php');var m3_r=Math.floor(Math.random()*99999999999);if(!document.MAX_used)document.MAX_used=',';document.write("");/*]]>*/

Tweet
Share
Previous

About The Author

Number of Entries : 1704

Leave a Comment

© 2013 Powered By Lumbung Desa

Anda mungkin juga menyukaiclose