You Are Here: Home » Lifestyle » Budaya » Ritual Mondosiyo Berharap Kemakmuran Terhindar Petaka

Ritual Mondosiyo Berharap Kemakmuran Terhindar Petaka

Salah satu prosesi upacar Mondosiyo si Pancot, Tawangmangu. Foto:ara

KARANGANYAR – Sebuah tradisi ritual untuk mendapatkan hasil panen yang berlimpah dilakukan warga Dusun Pancot, DesaPemdes Batan Siapkan Program LLP Untuk Petani. Read more … » Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar denganPenyebab Keracunan Diduga Bakteri. Read more … » upacara adat Mondosiyo. Pedesaan yang berada diAngka Kematian Ibu Hamil Capai 625 Jiwa. Read more … » lereng Gunung Lawu ini, masih melestarikan tradisi leluhur mereka setiap hari Selasa Kliwon atau Anggoro Kasih yang jatuh pada wuku Mondosiyo.
Upacara ini dilakukan masyarakat suku jawa asli Dusun Pancot, dimana selain berdoa mendapatkan kemakmuran dan panen yang berlimpah, tradisi turun-temurun ini juga memperingati kemenangan masyarakat adat. Dimana mereka telah berhasil mengalahkan dan menghancurkan perilaku kekejian dan kebiadaban nafsu sang Prabubaka, titah raksasa pemakan manusia. Wujudnya melalui doa adat yang dipanjatkan, dan sesaji tradisi yang dipersembahkan masyarakat dan semua peserta upacara adat Mondosiyo. “Tujuannya agar lolos dari malapetaka serta terbebas dari “sukerta”, bahkan memperoleh kedamaian dan kemakmuran serta kemudahan hidup bersama dalam masyarakat secara terus menerus,” tutur Ngatmin, salah satu warga Pancot yang masih ikut tradisi tersebut.
Tata Upacara ini dimulai pada hari Minggu Pon. Dua hari sebelum puncak Upacara Mondosiyo berlangsung, msyarakat setempat mengumpulkan beras untuk diolah atau dimasak secara tradisiona ,menjadi makanan yang disebut “gandhik”, serta aneka makanan khusus lainnya sebagai perlengkapan “sesaji tradisional”. Di samping itu, secara gotong royong masyarakat setempat membeli seekor kambing dan sejumlah ayam kampung sebagai “sesaji pokok”.
Hari berikutnya Senin Wage, keseluruhan perlengkapan “sesaji tradisi” dan berbagai “busana tradisi” ditempatkan atau disanggarkan di rumah sesepuh adat.
Pada pukul 7Penyebab Keracunan Diduga Bakteri. Read more … » malam (malam Selasa Kliwon), beberapa orang perangkat adat menabuh “bende” mengelilingi tempat-tempat yang dianggap keramat, sebagai pemberitahuan akan diselenggarakan upacara adat Mondosiyo, dengan harapan agar para danyang hadir serta merestui perhelatan tersebut. Selanjutnya menjelang tengah malam diadakan tirakatan dan renungan sesuai adat setempat.
Tepat Selasa Kliwon merupakan Puncak Upacara Adat Mondosiyo, pagi hari para sesepuh adat dan tokoh masyarakat membawa seekor kambing kendit dan ayam ke punden Bakpatokan untuk disembelih sebagai sesaji.Kemudian sesaji itu disiapkan di punden Bakpatokan. Ditengah prosesi upacara itu, diperdengarkan “gendhing Manyar Sewu”.
Upacara Mondosiyo dilangsungkan dengan dipimpin oleh sesepuh adat.Pada puncak acara ini diperebutkan ayam hidup, serta penyiraman “air badheg” bagi masyarakat atau pengunjung.
“Bagi yang dapat atau bisa menangkap ayam akan mendapat keberuntungan,” jelas Ngatmin. (ara)

var m3_u=(location.protocol=='https:'?'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php':'https://lumbungdesa.net/iklan/www/delivery/ajs.php');var m3_r=Math.floor(Math.random()*99999999999);if(!document.MAX_used)document.MAX_used=',';document.write("");/*]]>*/

Tweet
Share
Previous Next

About The Author

Number of Entries : 1956

Leave a Comment

© 2013 Powered By Lumbung Desa

Anda mungkin juga menyukaiclose