Category: Sragen

Sekolah Rusak : Siswa Terpaksa Belajar di Rumah Warga

SRAGEN – Sedikitnya 48 siswa kelas dua, tiga dan empat SDN Gringsing 3, Kecamatan Sambung Macan, terpaksa diungsikan. Ruang kelas mereka terancam roboh dan membahayakan. Sehingga, kegiatan belajar mengajar para siswa ini dipindahkan ke rumah warga setempat.

TETAP SEMANGAT : Meski sekolahnya rusak, anak-anak ini tetap semangat
belajar di rumah warga.

Kerusakan sebenarnya terjadi di kelas lima dan enam serta ruang guru. Kondisi itu sudah terjadi setahun terakhir. Padahal, bangunan belum berusia tiga tahun. Di ruang kelas lima dan enam, lantai dan catnya terlihat baru. Namun, asbes sudah banyak yang jebol. Begitu juga pada bagian atap terlihat melengkung. Karena itulah, para siswa terpaksa dipindahkan.
Sayangnya, Kepala SDN Gringging 3 Deni Suparno menolak kerusakan sekolahnya difoto wartawan. Dia beralasan, pengambilan gambar harus seizin Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Sabung Macan. “Belum ada izin, saya tidak berani,” ujar dia.
Saat ini, aktivitas guru dipindahkan ke ruang kelas 1. Sedangkan siswa kelas 1 pindah ke kelas 4. Kemudian, murid kelas 2, 3 dan 4 diungsikan ke rumah warga. Sedangkan siswa kelas 5 menggunakan kelas 2. Sementara itu, anak kelas 6 dipindahkan sementara ke ruang kelas 3. (alf)

Ashar Keliling: Selama Ramadan, Sudah Empat Putaran

SRAGEN  - Masjid Muballighin di Dusun Siboto, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, mendapat giliran menyelenggarakan Ashar Keliling (Sarling) yang dilakukan Bupati Sragen Agus Fatchurrahman. Gelaran tersebut sudah memasuki putaran keempat selama Ramadan.

SILATURAHMI : Kegiatan Ashar keliling di Dusun Siboto, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe.

Di Siboto, bupati memberikan bantuan berupa Alquran dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sragen, 20 buah paket sembako yang terdiri dari 15 paket bingkisan dari Pemkab Sragen dan lima paket dari PNPM Mandiri.
Selain itu bantuan juga diberikan kepada Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Siboto berupa satu buah paket Alat Peraga Edukasi (APE), 100 eksemplar buku dari Kantor Perpustakaan Daerah yang diberikan kepada Perpustakaan Desa Jetis. Ada juga peralatan ibadah untuk takmir Masjid Muballighin, Siboto dari Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sragen.
Seperti biasa, setelah melakukan salat ashar berjamaah, bupati berdialog dengan warga. Kades Kalimacan Rodhi Slamet mengungkapkan selama tiga bulan kepemimpinannya, masyarakat dan desa juga telah berupaya membangun sragen sesuai bidang kerja masing-masing.  Tidak hanya itu, sejumlah fasilitas umum seperti jembatan dan talud di desa juga terus dilakukan perbaikan. “Pembangunan desa juga terus kami galakkan. Terutama membangun semangat warga untuk peduli sesama dan lingkungan,” imbuhnya. (alf)

Pengawasan Penambangan Lemah : Galian C Liar di 6 Titik Masih Beroperasi

SRAGEN – Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemkab Sragen kesulitan mengatur penambangan galian C di beberapa wilayah. Eksplorasi tersebut diduga tak berizin. Meski begitu, DPU beralasan ketiadaan peraturan daerah tentang penambangan menyulitkan penataannya.

PENAMBANGAN : Eksplorasi galian C di Desa Dawung, Kecamatan Jenar, diprotes warga setempat.

Kepala Bidang Pengairan, Pertambangan dan Energi DPU Ashari mengaku kebingungan mendefinisikan kegiatan galian C. Tidak ada ketentuan, kegiatan itu bisa dikategorikan penambangan rakyat atau bukan.
Selama ini, praktik penambangan di Sragen digolongkan penambangan rakyat karena cakupannya satu hektare. Tetapi, pengertian ini membingungkan karena penggunaan alat berat. Padahal seharusnya, yang digunakan adalah alat tradisional.
“DPU tidak pernah mengeluarkan izin kegiatan penambangan. Tetapi kami juga belum bisa menindak karena Sragen belum memiliki perda tentang itu,” imbuhnya.
Saat ini, penambangan di beberapa kecamatan di Sragen diduga tidak memiliki izin resmi. Fungsi pengawasan dari pemkab lemah. Itulah sebabnya, penambangan kian merajalela. Aktivitas tersebut terjadi di Desa Karangtalun, Kecamatan Tanon; Desa Trombol, Kecamatan Mondokan dan Desa Mojorejo, Kecamatan Karangmalang. Juga di Desa Tanggan, Kecamatan Gesi serta Desa Dawung, Kecamatan Jenar.
Gejolak berupa penolakan masyarakat sudah sering terjadi di tempat ini. Namun, penambangan tetap saja berlangsung. “Selain merusak lingkungan, status tanah milik kas desa. Seharusnya, penambangan mendapat izin warga desa. Tidak sebatas kepada oknum perangkat desa,”tegas Suroto warga setempat. (alf)

Gapoktan Tani Mulya : Dipercaya BPTP Kembangkan Pertanian Sragen

SRAGEN – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah memberikan kepercayaan kepada tiga kelompok tani di Kecamatan Sidoharjo. Paguyuban tersebut, masing-masing Tani Mulya 3. Kelompok ini diminta menjalankan program mekanisasi penuh di bidang pertanian.
Kemudian, Tani Mulya 4 diberi tanggungjawab program display jenis padivInpari 18, 19 dan 20 serta program desiminasi dan mekanisasi. Lalu,
Tani Mulya 5 mendapat program desiminasi. Menurut Ketua Gapoktan Tani Mulya Didik Sunardi, mekanisasi penuh berarti seluruh pengolahan lahan dan tanaman mulai penyemaian,
penanaman perawatan hingga panen seluruhnya dilakukan dengan bantuan alat mesin pertanian. Sementara untuk program display inpari, anggota kelompok tani diminta melakukan demplotisasi jenis padi inpari.
Selain untuk sosialisasi dan penelitian keunggulan masing-masing varietas inpari, program display inpari ini sekaligus untuk pembelajaran bagi petani tentang teknik tanam padi dengan benih usia
dini dan jarak antar tanaman yang tidak terlalu berdekatan. “Tujuanya untuk meningkatkan kesehatan dan produktifitas tanaman padi,” kata
Didik, Senin (22/7).
Dia menjelaskan, keberhasilan Gapoktan Tani Mulya dalam mengelola dan
mengembangkan usaha pertanian ini, dirasakan setelah seluruh anggota
Gapoktan aktif berjibaku melakukan kegiatan pertanian sejak 2006
lalu.(alf)

Pabrik Pupuk Organik Kolaps

Sragen- Pemberlakuan subsidi pupuk organik oleh pemerintah pusat kepada produsen besar alias pabrik pupuk sebesar Rp1200/Kg dinilai kian mematikan usaha pembuatan pupuk organik yang juga dilakukan oleh kelompok tani.

Terbukti usaha produksi pupuk organik di sejumlah kelompok tani di Sragen yang dulu sempat menacapai kapasitas produksi sebesar tiga ton perhari dengan lima tenaga kerja itu kini mulai mati suri.

“Produsen besar mendapat subsidi harga. Otomatis pupuk produksi petani kalah karena harga produksi tidak nutup jika harus bersaing dan dijual sesuai harga eceran tertinggi sebesar Rp 500 perkilogram atau sama dengan harga bikinan pabrik,” ujar Wakil Ketua Gapoktan Tani Mulya, Ngadiman, 65 belum lama ini.  .

Demi keberlangsungan produksi pupuk organik yang selama ini sudah dilakukan sebagian kelompok tani, Warga Mungkung RT 8, Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo ini berharap pemerintah bisa merumuskan kebijakan yang lebih arif demi menjaga kelangsungan produksi pupuk organik di kalangan kelompok tani.

Apabila pemberian subsidi harga bagi produsen besar terus diberlakukan, Ngadiman khawatir produksi pupuk organik di kalangan kelompok tani jadi tersendat dan terancam gulung tikar. Padahal dari sisi bahan maupun produktivitas, pupuk buatan petani tidak kalah dengan hasil bikinan pabrik.

“Kami berharap produsen besar atau pabrik pupuk organik bersedia menjalin kemitraan dengan petani. Melalui program padat karya di kalangan petani misalnya, usaha mereka kan bisa terus berlangsung sementara petani juga dapat untung,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Kepala Bapeluh Sragen, Budiharjo. Selama ini dia menilai pemerintah pusat melalui sejumlah dinas telah memberikan bantuan berupa alat produksi pupuk organik bagi kelompok tani. Namun disatu sisi, pemerintah juga memberi subsidi harga bagi produsen besar pupuk organik. Secara tidak langsung, kondisi ini menyebabkan persinggungan antara pupuk hasil produksi petani dengan pupuk buatan pabrik.

“Jika saja kebijakan ini dapat ditinjau agar lebih pas, tentu akan memacu daya saing pupuk produksi petani. Tapi sekali ini menjadi kewenangan pemerintah pusat, bukan pemerintah daerah,” paparnya. (Alf)

Infrastruktur Desa : Lampu Jembatan Padam, Warga Desak Pemkab Bertindak

SRAGEN – Fasilitas pendukung Jembatan Gawan di Kecamatan Tanon tak berfungsi optimal. Karena hanya dua lampu dari 14 yang menyala, warga setempat dan pengguna jalan mengeluh. Masyarakat Desa Nglombo dan Ngamban, Tanon mendesak Pemkab Sragen memperbaiki kerusakan tersebut.
Nur Fathoni, warga Ngamban, Tanon mengungkapkan, selain membahayakan pengendara yang melintas, kondisi gelap di sekitar jembatan juga seringkali dimanfaatkan oleh sejumlah warga berpesta miras.  “Sering terjadi saat malam hari. Terutama di sisi utara jembatan lama,” ujar Fathoni.
Dia menambahkan, kedua jalan masuk Jembatan Gawan dengan panjang lebih dari 50 meter itu, sama-sama berada di titik tikungan. Baik di sisi ujung timur atau pun barat. Karena itu, pengendara harus sangat berhati-hati. “Selain kondisi lampu sudah tidak menyala, beberapa di antaranya rusak dan nyaris terjatuh lantaran beberapa sekrup pengikat lampu lepas,” imbuhnya.
Kepala Desa Gawan, Kecamatan Tanon Sutrisno mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan aduan tentang keberadaan lampu penerangan di sekitar jembatan kepada camat. Dia berharap laporan disampaikan kepada instansi terkait. Sayangnya hingga kini belum juga ada perbaikan. “Desa sudah membuat aduan, namun sampai sekarang belum ada tindak lanjut,” kata dia. (alf)

Musibah Sungai Krapyak : Ular Piton Gigit Tangan Warga

SRAGEN – Warga di bantaran Sungai Krapyak menemukan dua ular piton sepanjang empat meter. Temuan tersebut mencemaskan. Sebab, hewan melata itu sempat mencaplok lengan warga setempat saat hendak ditangkap, Selasa dinihari (16/7).
Ratih, warga Dusun Ngledok, RT 3 Kelurahan Sragen Tengah mengaku, kemunculan ular piton di sekitar Jembatan Krapyak sudah diketahui warga sejak pukul 21.00 Ketika itu, warga melintas jembatan untuk pergi ke masjid melaksanakan salat tarawih.
Menjelang pukul 00.00, Sunardi, suami Ratih, beserta sejumlah warga yang asyik memancing di tepi sungai kembali dikejutkan dengan kemunculan dua ular piton di sekitar jembatan.
Setelah beberapa saat disanggong, sekitar pukul 02.15 ular piton sepanjang empat meter dan diameter sepuluh centimeter itu kembali muncul. Mengetahui hal itu, sejumlah warga yang sebelumnya sudah siap langsung mengejarnya dengan peralatan seadanya.
Ketika hendak menangkap ular, Dodik, warga setempat terkena gigitan dan terluka cukup parah di lengan kirinya.  “Gigitan ular cukup kuat. Akibat gigitan itu lengan adik saya harus dijahit,” tutur Ratih.
Di sekitar sungai dan jembatan tersebut memang kerap ditemukan keberadaan ular piton. Ular yang sempat menggigit Dodik tersebut merupakan ular ketiga yang sudah ditangkap warga. (alf)

Protes Penambangan : Warga Desa Karangtalun Tutup Akses Jalan

SRAGEN – Warga Dusun Camplangan, Desa Karangtalun, Kecamatan Tanon, menuntut aktivitas penambangan liar di wilayah setempat dihentikan. Aksi protes itu diwujudkan dengan menutup jalan kampung menuju lokasi penambangan, Selasa (16/7). Masyarakat setempat mengaku kesal karena aktivitas penambangan galian C kembali beroperasi.
Ketua RT 19 Dusun Camplangan Suwardi mengatakan, warga kesal karena ada pihak-pihak yang nekat mengerjakan penambangan galian C. Sebelumnya, sudah ada perjanjian untuk menghentikan aktivitas itu. Suwardi makin berang karena dua kades yang dituding mengerjakan penggalian tanpa persetujuan penduduknya.
“Warga menolak karena tidak ada izin. Kades Ketro dan Karangtalun juga tidak minta persetujuan warga. Padahal dulu sudah ada kesepakatan untuk menutup lokasi,” kata Suwardi.
Hal senada disampaikan warga Dusun Camplangan lainnya, Suwarjo. Selain mengakibatkan debu dan air meluber ke rumah warga saat hujan, warga merasa terganggu oleh aktivitas kendaraan yang keluar masuk. Karena itu warga mendesak proyek segera dihentikan.
“Kami meminta desa, kecamatan dan kabupaten mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan persoalan ini,” ujarnya.
Sementara itu, Kades Ketro Ahmad Saiman Negro menjelaskan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan warga saat mengerjakan proyek tersebut. Bahkan dia menyebut sudah mendapat restu dari warga, kades setempat dan camat.
Selain itu, dia mengklaim jalan yang dilewati menuju proyek itu jalan milik Desa Ketro. Lebih lanjut,  Negro mengatakan jika lahan yang dikelola itu milih pribadi Kades Karangtalun. Jadi dia menampik apabila lahan itu milik petani.
“Saya mengakui tidak ada izin karena memang tidak ada perda di Kabupaten Sragen. Tapi kami sudah mendapat izin dari masyarakat Karangtalun, kades dan camat. Ini bukan soal menutup lokasi,” ujarnya. (alf)

Puasa Malas: Tunjangan Kinerja PNS Dipotong

KERJA SERIUS : Pegawai di lingkungan Pemkab Sragen tengah beraktivitas.

SRAGEN – Pimpinan DPRD dan Sekda Pemkab Sragen bersikap sama untuk memotivasi para pegawai negeri sipil (PNS) setempat untuk bekerja maksimal selama ramadan. Mereka diminta memberikan pelayanan penuh kepada publik. Jika ada penurunan kinerja selama bulan puasa, tunjangan kinerja PNS bersangkutan bakal dipotong.
“Belakangan ini sudah muncul keluhan dari sejumlah masyarakat. Mereka menilai PNS loyo. Jelas tidak bisa dibiarkan, apalagi pemerintah menerapkan lima hari kerja. Jadi harus imbang antara jam kerja dan produktivitas,” ujar Sugiyamto.
Dia mengingatkan pegawai, kepala dinas beserta para camat agar tidak terlalu sering meninggalkan kantor untuk menghadiri acara luar. Sugiyamto lantas memberikan contoh. Dalam kegiatan Sarling (Asar Keliling) yang dilakukan bupati di sejumlah desa, banyak pejabat dan camat dari luar daerah yang datang di acara tersebut. Padahal, sambung dia, kehadiran mereka tidak memiliki korelasi.
Pernyataan sama disampaikan Sekda Pemkab Sragen Tatag Prabawanto. Dia mengingatkan agar pegawai tidak menjadikan ibadah puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Sesuai surat edaran (SE) nomor 422.3/129/08/2013 tentang cuti tahunan nyadran dan penetapan jam kerja bulan ramadan 2013, ada aturan yang harus dipenuhi.

Pegawai yang bekerja dengan sistem lima hari kerja, Senin-Kamis jam kerja dimulai pukul 08.00 sampai 15.30. Sedangkan waktu istirahat pukul 12.00-12.15. PNS yang mangkir kerja, terlambat masuk kantor atau kinerja menurun selama bulan puasa akan dikenakan sanksi sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS. (alf)

Tower BTS Gemolong Terbakar

BERAKSI BERSAMA : Warga berusaha memadamkan api di BTS Gemolong.

SRAGEN – Menara BTS (base transceiver station) di Desa Gemolong, Kecamatan Gemolong, terbakar hebat, Selasa (9/7) siang. Api diperkirakan berasal dari hubungan pendek genset yang ada di BTS tersebut. Akibat kejadian itu, diduga kerugian mencapai lebih dari Rp 10 juta.
Warga dikejutkan suara percikan api di dalam lingkungan tower. Tidak lama kepulan asap hitam mulai membubung. Penduduk yang curiga langsung berdatangan ke tower yang kebetulan berada di tengah permukiman padat penduduk itu.
“Api baru berhasil dipadamkan sekitar satu jam. Warga sempat panik. Beruntung,  kobaran api berhasil dikendalikan. Sehingga tidak sampai merembet ke pemukiman warga,” papar Sriyadi, warga setempat.
Dikatakan Sriyadi sejak awal warga sudah keberatan pendirian tower tersebut. Selain berada di tengah lingkungan penduduk, tidak ada petugas yang menjaga dan mengawasinya. (alf)