SUKOHARJO – Ki Ageng Sutowijoyo bukanlah nama asing bagi masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari. Penyebar agama Islam ini begitu disanjung karena keberhasilannya mengenalkan Islam, membangun pesantren sekaligus menjadi pionir berbagai teknik pertanian. Tak heran jika hingga saat ini, makam Ki Ageng Sutowijoyo di kompleks pemakaman Bumi Arum, laris menjadi salah satu destinasi wisata religi di Sukoharjo.
Menurut Sayono, Ki Ageng Sutowijoyo adalah putra ke-109 Raja Majapahit Brawijaya V. Ketika menyebarkan Islam di Majasto, dia dibantu Nyai Sedah Mirah, istrinya. Di Masjid Ar-Rohmad yang terletak di ketinggian sekitar 200 meter di atas permukaan laut, anak anak dan masyarakat umum Desa Majasto mulai dikenalkan dengan Islam. Mulanya hanya ada satu masjid di desa tersebut. Lambat laun setelah misi dakwahnya berhasil banyak bermunculan masjid di sekitaran Majasto.
Takmir Masjid Ar-Rohmad, Suranto menyatakan, warga desa tetap menggunakan masjid peninggalan Sutowijoyo ini untuk beraktivitas. Selain warga Majasto, peziarah juga biasa beribadah di masjid tersebut usai mengunjungi makam Sutowijoyo. “Pengunjung akan meningkat saat malam Jumat,” ujarnya.
Kepala Desa Majasto Rudi Hartono menambahkan orang asli Majasto sudah mengetahui sejarah Sutowijoyo secara turun temurun. Mereka juga memiliki keterikatan emosional dengan tanah kelahirannya meskipun telah lama merantau.
Yang cukup unik, lanjut dia, makam desa dimana tempat Ki Ageng Sutowijoyo dimakamkan. Meski telah seratus tahun lebih digunakan, hingga kini tidak pernah penuh. Galian liang lahat hanya setengah meter, namun makam ini tidak pernah penuh dan tidak berbau. (deni)
Category: Wisata
Makam Ki Ageng Sutowijoyo: Destinasi Wisata Religi di Sukoharjo
Warga Dusun Gondang Mayang Menggelar Ritual Tolak Bala dan Sedekah Bumi
SRAGEN – Ratusan warga Dusun Gondang Mayang, Desa Jono, Kecamatan Tanon menggelar ritual tolak bala dan sedekah bumi, Rabu (26/6). Mereka ingin seluruh warga desa diberi keselamatan dan hasil baik dari pertanian.
Arak-arakan sedekah bumi tersebut cukup lengkap. Masyarakat membawa aneka jajanan pasar serta ayam. Begitu juga buah dan sayuran dari hasil tanaman warga setempat. Usai diarak keliling kampung, gunungan sedekah bumi kemudian diperebutkan rombongan anak-anak. Warga lain pun turut berdesakan dengan anak-anak mengambil sedekah bumi.
Harno, salah satu sesepuh Dusun Gondangmayang mengatakan, acara sedekah bumi dan bersih desa tersebut dilakukan setiap tahun. Selain menjadi simbol ungkapan rasa syukur atas hasil panen, acara tersebut untuk tolak bala atau bersih desa.
“Intinya doa keselamatan bagi seluruh warga dan meminta kepada Yang Mahakuasa supaya hasil panen kedepan kembali mendapatkan hasil yang baik,” paparnya. (alf)
Wisata Sapta Tirta Pablengan Digelontor Rp 180 Juta
KARANGANYAR–Objek wisata Sapta Tirta di Desa Pablengan Kecamatan Matesih, Karanganyar, sepi pengunjung. Obyek wisata yang mengandalkan tujuh mata air berbeda rasa dan warna ini hanya dikunjung beberapa orang saja setiap harinya.
Penjaga Sapta Tirta, Sugeng, 42, menuturkan jumlah pengunjung yang hadir selama ini memang tidak menentu. Jumlahnya pun terbilang minim lantaran kebanyakan pengunjung yang hadir ke objek wisata tersebut bertujuan untuk ritual dan pengobatan. “Pengunjung biasanya ramai datang waktu malam Jumat saja, setelah maghrib hingga menjelang fajar,” tukasnya.
Sepinya jumlah pengunjung itu, kata Sugeng, juga berdampak pada denyut ekonomi warga sekitar. Deretan kios yang dibangun tepat di depan gerbang masuk objek wisata tersebut juga jarng buka. “Kalau buka tiap hari justru rugi karena pengunjungbtidak bisa diharapkan datang tiap hari. Pedagang buka pada saat saat tertentu saja,” tukasnya.
Lesunya kunjungan wisatawan ke Sapta Tirta Pablengan di respon Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)Karanganyar. Untuk menyemarakkan lagi obyek wisata Kepala Disparbud Karanganyar Sundoro berjanji segera melakukan pembenahan. Menurut Sundoro tahun 2013 ini, pihaknya siap melakukan sejumlah revitalisasi untuk menyempurnakan keberadaan objek wisata tujuh mata air tersebut. Upaya ini juga untuk mendukung Visit Jateng 2013, di mana Kabupaten Karanganyar masuk sebagai salah satu wilayah yang menjadi destinasi wisata di Jawa Tengah. “Tahun ini, kami mendapatkan anggaran sebesar Rp 180 juta dari APBD 2013 untuk perbaikan pemandian kaputren, MCK dan pengecatan,” paparnya.
Jangka panjangnya, Sundoro mengaku telah merencanakan untuk memberikan fasilitas bermain anak-anak dan ruang berendam air hangat di dalamnya. “Selama ini, Sapta Tirta memang dikenal sebagai objek wisata religi. Jadi yang datang hanya dari kalangan tertentu saja. Jika nanti sudah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas penunjang lainnya, kondisinya tentu bisa lebih ramai dari sekarang,” harapnya. (Ara)
Dayu Park, Pikat Pengunjung dengan Wahana Alam
SRAGEN – Waterboom menjadi magnet tersendiri di Taman Wisata Dayu Park. Suasananya pun semakin memikat lantaran keberadaan kebun binatang mini yang ada.