Category: Kuliner

Kuliner Khas: Bakpia Tawangmangu, Oleh-oleh Khas Grojogan Sewu

Sukatno dengan bakpia ubi cilawu. Foto;ara

KARANGANYAR – Tawangmangu punya produk oleh-oleh yang suatu saat nanti bisa menggeser dominasi bakpia Pathuk. Makanan ini juga bakpia. Tapi benar-benar khas Tawangmangu. Isi dan bahan bakpia ini dibuat dari ubi cilawu dan pisang raja. Ubi cilawu, adalah ubi cilembu yang dibudidayakan di Tawangmangu. Sedangkan pisang raja, memang banyak dibudiyakan di kawasan kaki Gunung Lawu ini.
Bakpia khas Tawangmangu ini dibuat oleh Sukatno. Ide awalnya karena Sukatno senang membuat sesuatu yang baru. Dia juga ingin memanfaatkan hasil alam Tawangmangu. Benar-benar khas makanan Karanganyar.
“Kami optimistis akan dikenal wisatawan. Permintaan terus bertambah. Bahkan liburan ini, permintaan naik hampir 200 persen,” ujar Sukatno. Setiap pekan, sedikitnya 250 dus bakpia dilempar ke pasaran melalui toko-toko dan hotel di Tawangmangu. Tiap dus berisi 16 biji bakpia. Bakpia tersebut juga hampa udara. Sehingga, mampu bertahan hingga satu tahun lebih tanpa bahan pengawet.
Dia menuturkan, jumlah pembeli mulai mengalami kenaikan hingga 100 persen dibandingkan hari biasa. Kenaikan jumlah pembeli mulai terjadi pada H+1 lebaran. Menurutnya, para pembeli mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang ke rumahnya masing-masing. “Sekarang ini, sudah mulai ada kenaikan jumlah pembeli,” ucapnya. (ara)

Sate Kelinci Kelezatan di Grojogan Sewu

Salah satu penjual sate kelinci di tawangmangu. Foto;ara

KARANGANYAR – Keindahan alam Gunung Lawu, salah satunya obyk wisata grojogan sewu menjadi adalana Tawangmangu. Selain terkenal dengan grojogan sewu, ada sejumlah makanan khas di daerah dingin ini, salah satunya sate kelinci.
Sambil menikmati udara segar, disekitar wisata air terjun grojogan sewu banyak penjual sata kelinci. Sate kelinci dapat disajikan dengan lontong, daging kelinci disiram dengan sambal kacang serta irisan cabe dan bawang merah semakin menambah nafsu makan. Menyantap sate kelinci terasa lebih nikmat dengan keindahan alam sekitar objek wisata. Ketika membeli sate kelinci harap bersabar karena proses pembakaran sate cukup lama.
“Bahan baku sendiri memang mudah, karena banyak warga Tawangmangu yang ternak sendiri untuk dijadikan baha sate kelinci,” tutur Ngatiyem, salah satu penjual sate kelinci di sekitar Grojogan sewu ini. Dikatakan Ngatiyem, sat kelinci sendiri dijual dengan kisaran harga Rp 12 ribu per porsinya. Sehingga pembeli tak perlu takut mahal, karena dijual dengan harga standar.
Disisi lain, menurut para ahli, daging kelinci selain rendah kolesterol juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Daging kelinci mengandung zat yang disebut senyawa kitotefin. Senyawa ini apabila digabungkan dengan senyawa lain seperti omega 3 dan 9 disinyalir bisa untuk menyembuhkan penyakit asma. Berdasarkan pengalaman beberapa orang, daging ini juga berkhasiat menurunkan kadar gula bagi para penderita diabetes, sementara otaknya berkhasiat sebagai penyubur kandungan wanita.(ara)

Dari Bebek Hingga Brownies Cinta

Fauzi tunjukkan hasil karyannya. Foto:ara

KARANGANYAR- Perjalanan seseorang untuk meraih kesuksesan tak jarang harus diperoleh melalui proses panjang dan berliku, seperti halnya yang terjadi pada Fauzi Yunianto. Warga Badran Asri Rt 02/Rw 11, Colomadu, memulai usaha brownies dari bawah.

Fauzi mulanya berprofesi sebagai peternak bebek. Karena sering diprotes tetangga yang merasa terganggu dan menghindari keributan banting stir menjadi pembuat roti. “Kebetulan saya pernah belajar membuat roti di salah satu perusahaan tepung. Dari hasil pengalaman tersebut, saya mencoba menerapkannya,” kata bapak satu anak ini.

Roti yang diproduksi Fauzi mulanya dititipkan ke warung-warung. Usaha yang dibangun dari nol ini lambat laun mulai berkembang. Merasa tidak puas dengan pendapatan dari produk rotinya, Fauzi pun berinovasi dengan membuat brownies. Brownies buatannya langsung digemari konsumen karena berbeda dari biasanya. “Brownies yang saya buat khas berbentuk hati atau bertema cinta. Pemasarannya tetap dititipkan di warung warung juga,” imbuhnya.

Suami dari Puspita Sari ini amengaku, usaha yang telah digeluti selama lebih dari dua tahun ini, telah memiliki pasar sekitar Surakarta. Kini, pelanggan Fauzi semakin banyak. Sedikitnya, 50 dos brownies mampu ia jual per harinya. Dengan dibantu lima tenaga kerja, brownies cinta buatan Fauzi terus memanjakan lidah para penggemarnya. “Biasanya, pesanan paling banyak di awal tahun sanpai sampai saya sering kewalahan memenuhi pesanan,” pungkasnya. (Ara)

Pecel Dan Sop Buntut Andalan Bu Ugi Tawangmangu

Rumah Makan Bu Ugi di Tawangmangu. Foto:ara

KARANGANYAR – Selain obyek wisata Grojogan Sewu, ternyata Tawangmangu, Karanganyar, memiliki keanekaragaman kuliner  yang cukup digemari. Salah satunya Rumah Makan Bu Ugi yang terletak di Jalan Raya Solo-Tawangmangu.
Menu nasi pecel dan sop buntut  andalan tempat kuliner yang terletak di sebelah timur Pasar Tawangmangu ini bisa mengundang wisatawan ingin datang kembali. Menurut Jami, pemilik RM Bu Ugi, pecel buatannya sudah dikenal mulai dari tahun 1930. Yakni nasi yang disajikan bersama daun bayam, tempe goring kering, dan telur ceplok kemudian disiram dengan bumbu kacang.

Bumbu kacang inilah yang menjadikan nasi pecel Bu Ugi istimewa. Rasa khas dari kacang tanah berpadu dengan rasa manis, asin, gurih, dan pedas. Sedangkan nama Ugi berasal dari nama anak pertamanya yang bernama Sugiono,”Itu nama panggilan anak pertama saya,” jelasnya.
Sementara untuk menu sop buntut , Jami menjelaskan, baru menjualnya sejak tahun 1980-an. Menu ini sangat digemari pengunjung karena rasanya yang sangat lezat. Daging sapi bagian ekor empuk berbumbu rempah tersaji pas dengan kuah kentang dan wortel. Membuat siapa pun yang menyantapnya menjadi ketagihan, terlebih bagi yang suka berwisata kuliner. Saat ditanya bumbu khusus, ibu dengan 14 putera ini menjawab diplomatis. Menurut dia  tidak ada bumbu khusus maupun resep rahasia. “Seperti pecel dan sop pada umumnya, kami hanya menyajikan kebersihan dan keramahan,” pungkasnya. (Ara)

SPBU Kehabisan solar. Foto:ara

Nikmatnya Sajian Sate Landak

Proses pembuatan sate landak dan kalong. Foto:ara

Sebuah warung makan yang terletak di jalan Matesih-Tawangmangu, tepatnya di Desa Plumbon, Tawangmangu, Karannyar menyajikan menu yang unik dan aneh. Warung milik Sukatno ini menyajikan hidangan sate hewan pengerat yang menjadu musuh para petani buah. Benar sekali, hewan itu adalah landak.

“Memang dulu saya risau karena hama landak memangsa tanaman salak di kebun. Tapi setelah saya coba masak, enak karena daging landak empuk, teksturnya lembut dan tidak beraroma. Jadinya rasa enak bumbu bisa menonjol,” tutur Sukatno baru-baru ini.

Menyantap sate landak dan tongseng kalong benar-benar nikmat. Sebab citarasa bumbu yang membalut potongan-potongan daging empuk benarr-benar bisa membuat lidah menggeliat nikmat.. Sedangkan tongseng kalongnya, dari sisi bumbu juga lumayan.

Untuk menambah kenikmatan bersantap di warung Sukatno, disarankan memilih minuman hangat bir pletok. Ini minuman rempah yang rasanya khas dan konon memberi efek bugar pada tubuh. Ada rasa gula aren, jahe serta kayu manis.

Jika tidak ingin makan sate, di tempat itu bisa juga membeli buah salak yang boleh dipetik langsung dari pohonnya. Hanya, sebaiknya berhati-hati karena salak memiliki duri yang tajam. (Ara)

Lezatnya Garang Asem Dari Jamur Tiram Putih

SRAGEN-Jamur tiram putih mulai menjadi incaran kalangan vegetarian. Disamping kaya rasa dan gizi, jamur yang dalam bahasa latinnya disebut Pleuratus florida ini juga menjadi bahan olahan yang cocok untuk semua jenis masakan.

Kini, usaha pembudidayaan jamur jenis tersebut menjadi satu dari sekian usaha yang menjanjikan keuntungan besar. Salah satu yang membidik peluang usaha budidaya jamur tiram putih adalah Tavip, warga Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan, Sragen. Tavip menggeluti usaha pembudidayaan jamur tiram putih sejak lima tahun terakhir. Menurut Tavip, cara budidaya jamur tiram cenderung mudah. Bahan yang dibutuhkan hanya serbuk kayu dicampur dengan beberapa bahan seperti bekatul, kapur kawur, gips dan pupuk TSP sebagai media tanam. “Tiap tiap bahan mempunyai kegunaan sebagai media tumbuhnya jamur,” tuturnya.

Bahan katul berfungsi sebagai bahan nutrisi dan karbohidrat, kapur kawur menjaga keasaman media dan penyedia mineral. Sedang bahan Gips untuk memperkokoh tanam agar tidak mudah rusak. Agar tanaman cepat tumbuh subur diperlukan pupuk TSP. Oleh Tavip dan pekerjanya, bahan bahan tersebut dicampur dengan dan dimasukkan kedalam kantong palstik. Media tanam dipadatkan dengan alat tertentu yang disebut bopol, baru kemudian dipasang ring peralon yang tutup dengan kapas untuk menjaga kebersihan.

Terakhir, media tanam dipanaskan dalam drum bersuhu 90 sampai 110 derajat Celcius selama 4 hingga 8 jam, lalu dinginkan pada suhu kamar selama 24 jam.  “Bibit jamur disemai pada media yang telah disiapkan atau biasa disebut inokulasi. Dan harus rajin menyiram dua hingga tiga kali sehari,” kata Tavip. Selain budaidaya, Tavip juga membuka usaha warung dengan menu utama olahan jamur tiram putih. Ada enam orang yang dipekerjakan Tavip untuk membantu usahanya. Jenis masakan seperti garang asem, keripik, gulai jamur, pepes, rica-rica, lumpia dan bothok jamuar disediakan di warung Tavip. “Penggemar masakan jamur beragam, tetapi paling banyak adalah kalangan vegetarian,” jelas pria berperawakan kecil ini.

Dia mengaku paling sering mendapat pesananan pada saat bulan Ramadhan, utama untuk menu acara buka bersama. “Biasanya yang paling laris dipesan oleh pelanggan saya jenis garang asem, katanya sudah persis kayak garang asem yang bahannya dari ayam,” tambahnya. Soal harga, Tavip mengaku relatif terjangkau untuk semua kalangan. Sebungkus garang asem jamur misalnya, ia jual seharga Rp4 ribu, pepes dihargai Rp3 ribu/bungkus, Bothok Rp2 ribu, lumpia Rp1.500, rica-rica Rp2 ribu dan keripik jamur Rp20 ribu/onsnya. ”Jamur siap masak idealnya berusia minimal 1,5 bulan agar lebih pas,” pungkasnya.(whn)

Bumbu Tradisional Rahasia Soto Bu Par

Warung makan bakso soto Bu Par di Colomadu. Foto: Ara

KARANGANYAR – Warung makan soto dan bakso Bu Par di Jalan Adi Soemarmo, Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu, menjadi jujugan pegawai sekitarnya. Tempatnya yang sederhana dan jauh dari pusat keramaian, menjadi pelengkap pesonanya. Karena daya tarik utama, cita rasa dan harga yang terjangkau, ditawarkan warung makan ini.

“Banyak pegawai beberapa bank di Colomadu, pegawai kecamatan, pegawai hotel di Blulukan sering kali makan di sini secara rombongan. Kalau hari Minggu, pengunjung yang datang banyak sekali,” papar pemilik warung Parinem.
Wanita yang sering dipanggil Bu Par ini mengatakan, usaha yang digelutinya sejak 40 tahun lalu ini sempat mengalami pasang surut. Awalnya, dia dan suaminya menjual bakso keliling. Jumlah pelanggan yang terus meningkat membuat mereka memutuskan membuka warung. Jika awalnya makanan yang dijual berupa bakso, dalam perkembangannya, Bu Par juga menawarkan soto. Saat ini, justru soto lah yang terkenal dan selalu dicari.
Rahasianya, terletak pada kuatnya rasa yang dihasilkan racikan belasan bumbu tradisional. Cita rasa yang dihasilkan soto berkuah bening itu pun membuat penikmatnya ketagihan. Bagi yang tidak suka masakan terlalu manis, soto buatan Bu Par ini bisa menjadi alternatif. Soal harga, sangat ramah di kantong. Hanya Rp 4.000 per mangkuk.
Selain soto, warung ini juga menawarkan berbagai lauk yang khas. Sebut saja lentho, babat, iso, dan jerohan ayam. “Kalau hari Minggu warga yang berolahraga sepeda banyak sekali yang mampir di sini. Tetapi saya tidak hafal mereka datang dari mana saja,” imbuh Bu Par.
Dalam sehari, rata rata dia menghabiskan 15 kilogram beras dan 8 kilogram daging sapi. Namun, jika hari Minggu, stok daging akan naik hingga 15 kilogram. (Ara)