Category: Boyolali

AKSES PENTING : Jalan di Desa Suroteleng, Kecamatan Selo, telah diperbaiki.

AKSES PENTING : Jalan di Desa Suroteleng, Kecamatan Selo, telah diperbaiki.

BOYOLALI – Penduduk Dusun Suroteleng, Desa Suroteleng, Kecamatan Selo, tak perlu khawatir lagi. Jalur evakuasi yang melalui Jembatan Jambon telah diperbaiki. Sebelum lebaran, perbaikan ditargetkan kelar. Ruas jalan tersebut juga menghubungkan Desa Suroteleng dan Samiran .
Menurut Teguh,34, salah satu warga setempat, akses jalan rusak sejak erupsi Gunung Merapi 2010 lalu. Pemerintah selanjutnya memperbaiki jembatan permanen yang melintang di atas  Sungai Jambon. Namun setelah selesai dibangun, akses jalannya giliran ambrol dan nyaris putus terkena banjir lahar dingin. “Jalur itu merupakan akses terdekat ke Kecamatan Selo. Ada jalur lain tapi jauh sekali,” kata Teguh, Kamis (18/7).
Warga harus memutar sekitar 15-20 kilometer melewati Kecamatan Cepogo. Jika melewati Jembatan Jambon, jaraknya hanya sekitar 4 kilometer. Selama jalur terputus, akses perekonomian warga menjadi lesu. Sebab akses jalan tidak dapat dilalui kendaraan pengangkut sayuran. Warga lalu membuat jalan darurat dengan bambu agar akses tidak tertutup.
Perbaikan jalan telah dilaksanakan sejak satu bulan lalu. Pembangunannya dimulai dengan membuat talud  sepanjang 42 meter dan tinggi 6 meter. “Jalan yang ambrol ditimbun menggunakan tanah yang dipadatkan dan ditutup menggunakan cor,” jelas Wiroso, kontraktor pembangunan talud.
Selain sebagai jalur evakuasi, jalan biasanya dimanfaatkan warga Desa
Suroteleng yang mudik lebaran. Untuk mengejar target, pekerjaan tetap
dilaksanakan selama bulan puasa. Pihaknya juga tengah mengerjakan
jalan tembus dari Dusun Suroteleng ke Dusun Sidosari di Desa Selo.
Jalan nantinya semakin memperpendek jarak dari Suroteleng ke Selo.
Jalan tembus dibuat sepanjang sekitar satu kilometer.(uki)

Kuota Elpiji : Mendekati Lebaran, Stok Ditambah 15 Persen

BOYOLALI – Pemkab Boyolali mengajukan tambahan kuota gas elpiji tiga kilogram. Penambahan diproyeksikan 15 persen  untuk keperluan hari raya Idul Fitri. Kuota tersebut disediakan untuk mengantipasi kelangkaan stok yang mungkin terjadi.
Kasi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Boyolali  Sri Wahyuni mengatakan, penambahan kuota dilakukan karena permintaan gas sangat tinggi menjelang hari raya. Dengan penambahan kuota 15 persen, jumlah elpiji yang beredar menjadi 660.360 tabung. Sedangkan sebelumnya 575.360 tabung. Stok tersebut akan didistribusikan ke 13 agen elpiji di seluruh Boyolali.
“Kami yakin dengan penambahan kuota dapat mengantisipasi kelangkaan elpiji. Sedangkan di Boyolali terdapat dua SPBE yang berlokasi di Kecamatan Teras dan di Kecamatan Boyolali,” kata Sri Wahyuni, Kamis (18/7). Meski harga BBM naik, harga elpiji tiga kilogram masih Rp 12.750 per tabung di tingkat agen. Sedangkan di tingkat eceran  Rp 13.500 per tabung. (uki)

Pelantikan Tak Jelas: Pendukung Cakades Purwanto Berdemo

DUKUNG CAKADES : Warga berunjuk rasa menyampaikan aspirasi di Balai Desa Tarubatang.

BOYOLALI – Ratusan warga Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, menggelar demo di kantor balai desa setempat, Selasa (16/7). Mereka menuntut agar calon kepala desa (kakades) terpilih, Purwanto segera dilantik. Pasalnya sejak pilkades 20 April lalu, kandidat yang menang dengan selisih enam suara dari rival terdekatnya sampai kini belum dilantik.

Massa mulai datang ke balai desa sekitar pukul 10.00 WIB dengan naik sepeda motor dan mobil bak terbuka. Mereka menggelar orasi di halaman balai desa. Replika boneka pocong dibawa dalam unjuk rasa yang mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian. Mereka selanjutnya diterima jajaran Muspika Selo, pemerintah desa dan panitia pilkades setempat. “Syarat administrasi lolos, ujian juga lolos. Dalam pilkades sudah menang. Tapi mengapa sampai kini belum dilantik,” kata Marjono, salah satu peserta aksi.

Para pendemo selanjutnya menuntut kepastian kapan pelantikan Purwanto dilaksanakan. Sebab dalam pemilihan, secara fakta berhasil mengungguli dua rivalnya. Sehingga setelah Pilkades dilaksanakan, paling lambat 40 hari semestinya sudah harus dilantik. Mereka mendesak panitia pilkades segera menindaklanjuti dan menyampaikan persoalan itu kepada Pemkab Boyolali.

“Panitia harus segera mengajukan permohonan kepada bupati untuk segera melantik,” tegasnya. Jika tidak mendapat tanggapan, para pendukung Purwanto mengancam akan menggelar unjuk rasa yang lebih besar.

Ketua Panitia Pilkades Sarbini mengatakan, dari hasil audiensi sudah ada kesepakatan untuk melobi Bupati Boyolali dalam waktu sepuluh hari ke depan. Lobi terkait kepastian pelantikan kades terpilih. “Kesepakatan kami buat dengan surat pernyataan yang intinya menerima aspirasi warga,” kata Sarbini.

Kesepakatan intinya selama sepuluh hari ke depan mulai 16 Juli 2013, pihaknya akan menindaklanjuti dengan meminta kepastian kepada Pemkab mengenai pelantikan kades terpilih. (uki)

Hama Cabai: Lalat Buah Membuat Petani tak Tenang

BOYOLALI – Naiknya harga cabai tidak sepenuhnya membuat petani semringah. Mereka waswas karena kini muncul serangan hama patek dan lalat buah. Menurut Sugiyanti, petani cabai asal Dukuh Tegalweru, Desa Sukorame, Kecamatan Musuk, Boyolali, serangan hama membuat buah cabai rontok sebelum dipanen. Imbasnya, hasil produksi merosot dan pendapatan petani berkurang.
“Serangan lalat buah menyebabkan cabai mudah membusuk dan rontok. Padahal saat ini sudah masuk musim panen,” kata Sugiyanti, Senin (15/7).
Serangan lalat buah mengakibatkan hasil panen turun drastis. Dari 1.200 batang pohon yang ditanam di ladang seluas 800 meter persegi, dirinya hanya memperoleh cabai satu kilogram. Sedangkan panen hari kedua hanya tiga kilogram. Padahal pada musim sebelumnya, hasil produksi bisa mencapai lebih dari 60 kilogram.
Berbagai cara telah ditempuh untuk mengantisipasi serangan lalat buah. Namun cabai yang rontok masih terus berlanjut setiap hari. “Selain lalat buah, hama patek juga menyerang,” terangnya. Diperkirakan, itu terjadi akibat kondisi anomali cuaca belakangan ini.
Akibatnya, banyak cabai yang rontok karena membusuk. Petani terpaksa memunguti yang rontok supaya tidak menular ke buah yang sehat. Padahal cabai yang rontok tidak bisa dijual ke pasar. Sehingga kenaikan harga tidak dapat dirasakan petani.
Untuk tanaman cabai merah keriting, harga di tingkat petani mencapai Rp 25 ribu per kilogram. Dibanding dengan harga musim tanam sebelumnya yang mencapai kisaran Rp 8 ribu. Jika tidak terserang hama, untung yang diraih petani cukup tinggi. “Tapi kalau sudah diserang hama, tidak merugi sudah bersyukur,” ungkapnya. Saat harga cabai rendah, hasil panen sangat melimpah. (uki)

Pilkades Dlingo: Polisi Telusuri Aktor Perusakan Balai Desa

Kapolres Boyolali AKBP Budi Haryanto

BOYOLALI – Polres Boyolali tengah menelusuri siapa aktor intelektual di balik aksi perusakan Balai Desa Dlingo, Kecamatan Mosojosongo, Minggu (30/6) malam. Ada dugaan, aksi tersebut dimotori oleh kelompok tertentu.
Dugaan muncul setelah polisi melakukan pemeriksaan terhadap dua tersangka kasus perusakan balai desa setempat. Kedua tersangka mengaku hanya diajak oleh warga dan rekan-rekannya untuk ikut merusak balai desa.
“Dua tersangka yang sudah kami tangkap beberapa hari lalu, mengaku hanya ikut-ikutan. Ada yang mengajak. Hasil pemeriksaan, sudah ada nama-nama lain yang turut dalam aksi tersebut. Siapa yang mengajak, siapa aktornya, masih kami selidiki lebih jauh,” kata Kapolres Boyolali AKBP Budi Haryanto, Senin (15/7).
Kapolres juga belum bisa menjelaskan motif para pelaku karena sang aktor belum tertangkap. Dua tersangka kasus perusakan balai desa yang telah diringkus, yakni Widodo dan Ahmad. Mereka adalah warga desa setempat. Nama-nama lain tidak diungkap oleh kapolres.
Orang nomor satu di jajaran korps baju cokelat di Boyolali tersebut akan mengumpulkan bukti kuat terlebih dahulu sebelum melakukan penangkapan terhadap mereka. “Nanti jika bukti sudah lengkap, yang lain akan segera kami tangkap,” tambahnya. (uki)

Pemerataan Guru: 50 Guru SMP Akan Diperbantukan ke SD

BOYOLALI – Pemkab Boyolali mengambil langkah penting untuk mengantisipasi kekurangan guru di sejumlah sekolah dasar (SD). Sekitar 50 guru SMP rencananya akan diperbantukan untuk mengajar di SD.
Bupati Boyolali Seno Samodro mengatakan, guru SMP ini akan diminta mengajar di SD yang kekurangan guru. Dengan demikian, permasalahan kekurangan guru bisa teratasi. “Penempatan guru SMP di SD disesuikan dengan kebutuhan. Misalnya, di SMP mengajar geografi. Nanti di SD juga mengajar pelajaran yang sama. Jadi pas dengan keahliannya,” kata bupati, Minggu (14/7).
Sejauh ini terdapat kekurangan 1.065 guru SD. Kondisi tersebar di seluruh kecamatan. Di antaranya Kecamatan Ampel kekurangan 108 guru, Banyudono 71 guru, Juwangi 56 guru dan Ngemplak 49 guru. Kekurangan juga terjadi di Musuk yang defisit 76 guru, kemudian Kecamatan Kemusu 53 guru. Jangka waktu guru SMP diperbantukan, maksimal dua tahun. Setelah itu yang bersangkutan bisa kembali mengajar di SMP. (uki)

Hama Pertanian: Wereng-Sundep Mengganas di Banyudono

Wereng sundep menyerang padi

BOYOLALI – Bukannya tamat, episode serangan hama pada lahan petani di Kecamatan Banyudono, justru bersambung. Tikus belum sepenuhnya berhasil diatasi, kini wereng dan sundep ikut menyerang. Jika dua hama ini gagal diatasi, tanaman bisa layu, kering dan berikutnya mati.
Sadiman, petani setempat mengungkapkan, tanaman padi rajalele miliknya diserang sundep. Pangkal batang tanaman sudah terkena tanda-tanda digerogoti hama sundep tersebut. “Saya coba semprot dengan obat dan mengeringkan lahan,” ujar petani 56 tahun itu, MInggu (14/7).
Serangan hama diperkirakan terjadi karena cuaca tak menentu. Di saat tertentu cukup terik, tetapi tiba-tiba turun hujan deras. Akibatnya, kondisi lahan lembab dan menjadi tempat perkembangbiakan hama.
“Sepetak sawah saya 2.600 meter persegi. Yang ditanami padi rajalele, kini terserang hama wereng,” kata Sutadi, petani lainnya. Kondisi sama disebutkan Subarjo, petani penggarap di Desa Jembungan.
Dia mengaku tanaman padi garapannya yang hendak berbulir terserang hama sundep. Akibatnya, sebagian besar tanaman gagal berbulir lantaran hama tersebut. “Saya nggak tahu apakah bisa pulih atau tidak,” katanya.
Dia pesimis karena serangan terjadi saat tanaman sudah mulai bunting. Agar tidak tak meluas, Subarjo menebar pupuk yang dicampur dengan pestisida tabur. Selain itu, dia juga mencoba untuk mengeringkan lahannya. “Saya membuat saluran agar air langsung mengalir dan tidak menggenang, ternyata serangan tak juga berhenti,” ungkapnya. (uki)

Harga Cabe Tinggi: Konsumen Lirik Cabe Kualitas Rendah

BOYOLALI – Hati-hati jika makan di luar rumah sekarang. Fakta di Boyolali ini harus selalu dijadikan rujukan. Pembeli cabe yang berbisnis kuliner bakso maupun sebagian kecil rumah makan memilih cabe kualitas rendah untuk membuat sambal pendamping makanan. Pasalnya, jika mereka membeli cabe segar, para penjual bakso maupun makanan lain tersebut terancam rugi.
Kenyataan tersebut terungkap dari pengakuan Ngatiyem, pedagang cabe di Pasar Boyolali Kota. Fenomena tersebut terjadi setelah harga cabe terus naik hampir tak terkendali. “Cabe besar merah segar kini harganya Rp 30 ribu per kilogram. Sedangkan cabe yang hampir busuk masih laku dijual Rp 15 ribu setiap kilonya. Padahal saat harga cabe masih murah, cabe-cabe busuk hanya dibuang saja karena tidak laku,” kata Ngatiyem, Jumat (12/7).
Ragil, pedagang cabe lainnya mengatakan, harga cabe rawit merah menembus Rp 80 ribu per kilogram. Kenaikan diduga karena pasokan cabe berkurang. Bahkan para pedagang di pasar hanya mendapat jatah sepuluh kilogram dari pedagang besar. “Biasanya saya bisa kulakan cabe hingga 50 kilogram,” kata Ragil.
Stok cabe rawit merah sangat terbatas. Sehingga terpaksa harus dibagi dengan para pedagang lainnya. Karena kehabisan stok, pelanggan tidak seluruhnya dapat dilayani.
Harga cabe secara berlahan terus merangkak naik. Harga cabe merah besar naik menjadi Rp 35 ribu dari Rp 25 ribu per kilogram. Begitu pula cabe rawit hijau. Setiap kilogramnya naik menjadi Rp 30 ribu dari sebelumnya Rp 25 ribu. Untuk memudahkan pembelian eceran, pedagang mengemas cabe dalam kemasan plastik isi 10-11 biji dan dihargai Rp 1.000. (uki)

Pedagang Daging Sapi Makin Terjepit

Pedagang daging sapi

BOYOLALI – Pedagang daging sapi di Boyolali makin terjepit pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Mereka tidak bisa serta merta menaikkan harga karena takut tidak laku.
Menurut Endang, salah satu pedagang di Pasar Boyolali Kota, kenaikan harga daging sapi telah berlangsung sejak tiga bulan lalu atau sebelum BBM berganti harga. Daging sapi kering kualitas bagus, harganya mencapai Rp 90 ribu per kilogram. Sedangkan untuk daging sapi basah dijual Rp 80 ribu.
Setelah BBM naik, harusnya harga daging menjadi Rp 95 ribu per kilogram. Namun pedagang tidak berani menaikkan harga dagangannya karena khawatir tidak laku. Sehingga pedagang terpaksa bertahan dengan harga yang ada meski keuntungan yang diraih sangat mepet. Untungnya, dia menyembelih sapi sendiri. Sehingga biaya yang harus dikeluarkan dapat sedikit ditekan.
Selain itu, terdapat sejumlah pelanggan yang setia. “Dengan menahan harga untuk tidak naik, pedagang maupun pembeli masih sama-sama bertahan,” kata Endang Kamis (11/7).(uki)

KUD Mojosongo Raih Penghargaan

KUD Mojosongo

BOYOLALI-Koperasi  Unit Desa (KUD) Mojosongo Boyolali  mendapatkan Penghargaan Koperasi Berprestasi dan koperasi penerima award 2013 tingkat Nasional. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pemkab Boyolali Drs Agus Partono mengatakan, piagam penghargaan atas prestasi KUD Mojosongo  pada di tingkat nasional itu akan diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara  Puncak Peringatan Hari Koperasi ke 66 Tingkat Nasional yang dipusatkan   di Halaman Kantor  Gubernur Provinsi Nusa Tenggara  Barat.
Menurut Agus Partono  penilaian lomba koperasi berprestasi tingkat nasional itu diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM  di Jakarta. “Diharapkan dengan prestasi yang dicapai oleh KUD Mojosongo bisa diikuti KUD lain di Boyolali. Sehingga bisa menggerakkan roda perekonomian masyarakat di Boyolali,” kata Agus Partono, Kamis (11/7). (uki)