BOYOLALI – Tingginya harga daging sapi akhir-akhir ini ditambah sedikitnya keuntungan membuat banyak peternak sapi perah di Kecamatan Cepogo beralih profesi menjadi peternak sapi potong.
Menurut Bingan, penasehat kelompok tani Satwa Mulya, Desa Gubuk, Kecamatan Cepogo, harga jual sapi perah yang rendah menjadi penyebab peternak beralih ke sapi potong. Saat ini populasi sapi perah di desanya hanya tinggal 250 ekor. Padahal dulunya, populasi sapi perah di desa yang terletak di lereng Gunung Merapi tersebut mencapai 450 ekor.
Sedangkan populasi sapi potong kini menjadi 600 ekor atau meningkat 100%. “Saya khawatir ikon Boyolali sebagai kota susu pudar karena peternak sapi perah terus berkurang,” tandas Bingan, Kamis (7/2). Sebab, imbuh Bingan, kondisi serupa dimungkinkan juga terjadi di daerah lainnya.
Hal serupa diungkapkan Sukirdi, peternak asal Desa Jelok, Kecamatan Cepogo. Selama memelihara sapi perah keuntungan yang didapatnya tidak terlalu banyak. Sapi perah yang dibeli Rp10 juta ketika dijual kembali harganya anjlok menjadi Rp6-7 juta. Ternak sengaja dijual karena telah memasuki masa berhenti produksi. “Sedangkan keuntungan produksi susu yang dihasilkan sebelumnya kecil karena harga tidak naik,” kata Sukirdi.
Satu ekor sapi perah rata-rata menghasilkan sepuluh liter susu per hari dengan harga sekitar Rp2.800/liter. Belum lagi biaya pakan yang terus mengalami kenaikan. Berbeda halnya jika memelihara sapi potong, keuntungan yang didapat lebih besar dari modal yang dipakai. Bingan mencontohkan, sapi potong yang dibeli Rp7 juta, setelah dipelihara tiga bulan harganya naik menjadi Rp14,5 juta. Keuntungan yang cukup menggiurkan dalam waktu singkat menjadikan alasan pata peternak ini beralih ke sapi potong. (Lukito)