9:56 am - Friday March 1, 2013
  • breaking: Penyelundupan Sabu-Sabu di Lapas Berhasil Digagalkan 02.28.2013 | 0 comment
  • breaking: Simulasi Pilkades E-Voting Dituding Tendensius 02.28.2013 | 0 comment
  • breaking: 2 Petugas Kemenkes Diturunkan 02.28.2013 | 0 comment
  • breaking: Abrasi Ancam 14 KK di Bantaran Sungai Bengawan Solo 02.28.2013 | Comments Off
  • breaking: Diguyur Hujan, Tanggul Jebol 02.28.2013 | 0 comment
  • breaking: Mempelai Pengantin Turut Jadi Korban 02.27.2013 | 0 comment
  • breaking: BPOM Tengarai Es Buah Mengandung Mikrobiologi 02.27.2013 | 0 comment
  • breaking: Achmad Purnomo, Wakil Walikota Solo 02.27.2013 | 0 comment
  • breaking: Jual Togel, Tukang Becak Dibui 02.27.2013 | 0 comment
  • breaking: Galian C Ilegal Makin Marak 02.26.2013 | 0 comment

Harga Sapi di Boyolali Mulai Anjlok

BOYOLALI – Harga sapi di Boyolali mengalami penurunan sejak tiga bulan terakhir. Penurunan berkisar antara Rp500.000 – Rp800.000.

Sarno, salah satu blantik sapi di Pasar Hewan Singkil, Boyolali Kota mengatakan, harga sapi yang semula mencapai Rp9 juta kini bisa diperoleh dengan harga Rp8,5 juta. Bahkan, bila pembeli pintar menawar, bisa mendapatkan dengan harga Rp8,3 juta. Hanya saja, dia juga tidak tahu persis penyebab harga sapi menurun. Meski demikian, para blantik tetap bersemangat menjual sapi mengingat penurunannya tidak terlalu drastis.

“Jual beli sapi di Pasar Hewan Singkil masih ramai,” terang Sarno, Jumat (22/2).

Sementara, Widianto, salah satu peternak asal Desa Mriyan, Kecamatan Musuk, Boyolali mengaku, tidak hanya harga sapi dewasa yang harganya mengalami penurunan, harga anak sapi atau pedhet juga ikut turun.

Ia menuturkan, tiga bulan lalu harga pedhet usia lima bulan biasanya laku Rp5juta, namun saat ini harganya turun menjadi Rp4 juta.

Pedhet berumur seminggu biasa dibeli dari Jawa Timur seharga Rp2 juta. Setelah dipelihara lima bulan, baru dijual lagi,” ujarnya.

Sama halnya dengan Sarno, Widianto juga mengaku tidak tahu persis penyebab anjloknya harga sapi. Meski diakui masih bisa mendapat untung namun tipisnya laba yang didapat mau tidak mau tetap membuatnya resah. Pasalnya, selama pemeliharaan anak sapi, ia harus membayar seorang pekerja untuk merawat sapinya, termasuk mencari rumput di ladang.

Widianto menambahkan, ia juga harus mengeluarkan biaya untuk membeli konsentrat dan bekatul untuk makanan ternak. Sayangnya, dia enggan membeberkan biaya pemeliharaan rata- rata bagi setiap ekor sapi. Pada sisi lain, memelihara sapi anakan memiliki risiko tinggi.

Karena itu, agar lebih hemat, anakan sapi diberi minum susu segar. Dengan cara ini, ongkos pengeluaran bisa ditekan. “Untungnya saya masih punya empat ekor sapi perah. Biasanya rutin diperah khusus untuk memberi tambahan minum anakan sapi. Merawat anak sapi memang harus telaten karena resikonya tinggi terkena penyakit diare,” bebernya. (Lukito)

Filed in: Boyolali

No comments yet.

Leave a Reply

Anda mungkin juga menyukaiclose